Untuk membentuk karakter remaja islami
yang cerdas, mandiri, tangguh, berakhlakul karimah, amanah, dan tawaduk
tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal seperti di sekolah atau
pesantren. Pendidikan dan penanaman nilai-nilai islami justru dimulai
dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini orang tua memikul tanggung jawab
dan peran utama mendidik anak. Orang tualah yang menentukan mau
dijadikan seperti apa dan diarahkan ke mana jalan hidup anak.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap
(anak) yang dilahirkan (pasti) dilahirkan di atas fitrah, kedua orang
tuanyalah yang membuat dia jadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi”
(HR. Abu Hurairah). Hadist ini menekankan pentingnya tugas orang tua
dalam mengawali pendidikan pada anaknya. Orang tua mesti mengenalkan
Islam secara dini, karena dengan memeluk agama Islam dan menjalankan
syariat dengan benar akan menjadi benteng sekaligus penyelamat bagi
hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.
Allah Ta ‘ala berfirman: “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya, demikian pula
Yaqub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam.” (QS. Al-Baqarah: 132). Selanjutnya keyakinan pada
agama Islam ini dikuatkan dengan pelajaran tauhid, yakni penghambaan dan
penyerahan diri kepada Allah SWT.
Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Katakanlah:
‘Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163). “Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetaphan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah
sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36).
Setelah pelajaran tauhid ini tertanam
kuat pada diri sang anak, barulah kemudian diajarkan tentang akhlak,
ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan segala hal yang menyangkut kehidupan
di dunia. Mengenai pendidikan akhlak ini kita bisa mencari referensi
pada akhlak dan kepribadian Rasulullah saw. Karena Nabi Muhammad saw
adalah sebaik-baik manusia di muka bumi ini. Pada dirinya terdapat uswatun hasanah (suri tauladan yang baik).
Beliau pernah bersabda kepada Ibnu Abbas ra. ketika mengajarkan beberapa perkara aqidah kepadanya, “Hai
anak kecil, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkataan: Jagalah
Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan
mendapati Dia berada di depanmu, jika kamu meminta maka minta hanya
kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan maka minta pertolongan
hanya kepada Allah”. (HR. At-Tirmizi)
Begitu perhatian Rasulullah saw kepada
penanaman akhlak yang baik sejak dini, sehingga beliau tak segan menegur
anak kecil. Meski kita semua tahu sifat anak kecil yang lebih suka
bermain-main dan bercanda. Kita mungkin akan dibuat jengkel dan hilang
kesabaran oleh perilaku anak yang mudah mengabaikan perintah. Tapi
justru di sinilah iman kita diuji. Mendidik anak tak ubahnya mengukir di
atas batu; sangat sulit dan membutuhkan waktu. Namun jika kita terus
melakukannya dan tak kenal lelah, insya Allah ukiran kebaikan yang kita
ajarkan kepada anak-anak akan terus membekas hingga dewasa!
Source : http://cyberdakwah.com/2013/06/menanamkan-akhlakul-karimah-pada-remaja-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar